BERBOHONG ADALAH PENYAKIT JIWA
Mythomania, istilah ini pertama kali diperkenalkan pada thn 1905 oleh seorang psikiater bernama Ferdinand Dupré.
Mythomania adalah kecenderungan berbohong yang dimaksudkan bukan untuk menipu/mengelabuhi orang lain, tetapi justru untuk membantu dirinya sendiri mempercayai/meyakini kebohongannya sendiri.
Berbeda dengan seorang pembohong biasa yang sadar bahwa ia tengah berbohong dan mampu membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan, seorang
mythomaniac tidak sepenuhnya menyadari bahwa ia sedang berbohong. Ia tidak mampu membedakan antara ‘kenyataan’ yang berasal dari imaginasinya dan kenyataan yang sebenarnya.
Kebohongan-kebohongan yang dilakukannya cenderung ‘di luar‘ kesadaran, yang artinya dia tidak tahu/tidak sadar bahwa orang lain akan merasa terganggu dengan kebohongannya, karena yang terpenting baginya adalah dirinya mendapat pengakuan oleh sekelilingnya. Pengakuan terhadap ‘kenyataan’ ini ingin ia wujudkan demi melarikan dirinya dari kenyataan sebenarnya yang tidak mau ia terima, dengan tanpa rasa menderita.
Salah satu penyebab adalah kegagalan-kegagalan dalam kehidupannya, bisa jadi berupa kegagalan dalam hal studi, masalah keluarga, kisah-kisah sentimental, bahkan kegagalan dalam hal pekerjaan (namun jangan keliru, pada saat ia mendapati orang lain mulai meragukan apa yang ia percaya, ia menjadi sadar telah berbohong. Pendeknya, ia ingin melarikan diri dari semua image tentang dirinya sendiri.
Jadi, semakin orang lain mempercayai kebohongan nya, semakin ia terbantu untuk lepas dari image nyata tentang dirinya yang sulit ia terima itu. Seorang pembohong biasa pada umumnya memiliki alasan lumrah dan masuk akal ketika berbohong, seperti dengan tujuan bercanda, atau demi kebaikan atau pun demi menyelamatkan seseorang. Namun karena ia lakukan terkadang saja, maka ia akan terlihat kikuk dan canggung.
Tidak demikian dengan mythomaniac. Mythomaniac memiliki pesona yang mampu memanipulasi orang lain, ia pandai menemukan kalimat dan sikap yang tepat dengan tujuan supaya dicintai, demi mencapai tujuannya. Pada saat seorang mythomaniac telah berhasil menjerat kita, sedikit demi sedikit kebohongannya merusak dan mengganggu sistem kepercayaan dan keyakinan diri kita.
Bahkan rasa percaya kita yang paling kokoh guncang dan kita mulai percaya pada ‘image’ baru yang dia buat, serta perlahan kita meninggalkan kenyataan yang sesungguhnya mengenai si mythomaniac tersebut. Ketika kita mulai sadar akan kebohongannya, pada awalnya ia akan mengelak, kadang disertai dengan kemarahan, kemudian ia akan memanipulasi lagi dari awal dengan tetap pada kebohongan yang sama.
Tetapi jika hal ini mulai ia rasakan berat, maka ia akan ‘mengkoreksi’ kebohongan nya dengan cara berbelit dan berputar-putar dengan cerita yg baru, dengan tanpa meninggalkan kebohongan awalnya ( istilah sekarang ‘ngeles’). Semakin kita mempertanyakan kebohongannya, semakin banyak kebohongan yang ia ciptakan karena pada titik ini, ia sadar telah berbohong, dan seorang mythomaniac yg sadar telah berbohong akan semakin lepas kendali.
Mythomaniac sendiri sebenarnya adalah korban. Ia korban dari ketidakbahagiaan dalam hidupnya dan korban dari penderitaan yang terlalu terus menerus. Ia tidak mampu mengekspresikan keaslian dirinya sehingga selalu ingin bersembunyi di balik topeng.
Jika anda menjumpai seorang mythomaniac, jalan terbaik adalah menghindar darinya. Namun jika anda ingin menolongnya, jangan berusaha mencari alasan yang masuk akal, atau mencoba menemukan jawaban dari tindakan-tindakan kebohongannya karena itu membuang-buang waktu saja.
Berusaha mengerti mengapa ia berbohong adalah sia-sia saja karena jiwanya merupakan sebuah labirin di mana ia hanya berputar-putar saja di situ tanpa ada jalan keluar. Yang bisa anda lakukan adalah meyakinkannya untuk menyembuhkan dirinya sendiri.
Semua kembali kepada si mythomaniac itu sendiri, hanya dia yg bisa menolong dirinya sendiri. Ia harus menyadari permasalahannya, mengakuinya dan harus memiliki keinginan yang kuat untuk menyembuhkan dirinya. Menemui seorang psikiater adalah merupakan salah satu ciri-ciri bahwa ia ingin menolong dirinya.
Contoh kasus mythomania terjadi pada seorang pria bernama Jean-Claude Romand yang beberapa tahun lalu selama nyaris 20 tahun membuat orang-orang di sekelilingnya percaya bahwa dirinya adalah seorang dokter yang bekerja pada organisasi kesehatan dunia. Padahal sesungguhnya ia tidak lulus ujian di tahun kedua kuliah kedokterannya. Pada tahun 1993, ketika istrinya mendapati kebohongannya, ia membunuhnya dan juga membunuh anak-anak mereka, sebagai tindakan mencari jalan keluar dari kebuntuan yg ia hadapi.
Mudah-mudahan kita dijauhkan dari para mythomaniac dan terutama dihindarkan dari penyakit ‘aneh’ ini.
http://monunivers.blog.friendster.com/2008/03/mythomaniapenyakit-suka-berbohong/>