Rakhmat

Rasulullah SAW memiliki peri laku yang sangat mulia dan mengagumkan bagi kawan dan lawan, tiada lain karena beliau memperoleh rahmat dari Allah SWT. "Maka, disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu" (QS Ali Imran [3]: 159).

Rahmat adalah ibarat air di tengah dahaga kasih sayang, kriminalitas meningkat di tengah alfanya kasih sayang. Tidak sedikit garagara perebutan sebatang rokok, kawan dibunuh. Hanya karena pertengkaran kecil, anak tega membantai ibunya. Tawuran antarsuku, antarpelajar, antarwarga, bahkan antarmahasiswa, sudah merupakan tontonan sehari-hari.

Bahkan, gunung gundul dan akibatnya banjir serta longsor pun tidak terlepas dari alfanya rahmat atau kasih sayang. Inilah yang sedang luput dari bangsa ini: kasih sayang terhadap sesama, kasih sayang terhadap tumbuhan, hewan, dan alam seluruhnya. Perilaku korup juga ekses dari itu; karena tidak ada kasih sayang terhadap manusia, jatah orang lain diambil tanpa hak.

Tidak banyak disadari bahwa rahmat inilah di antara kunci dari strategi keberhasilan Rasulullah SAW dalam melakukan perubahan bangsa Arab jahiliah menjadi khairu ummah (umat terbaik) yang berperadaban tinggi.

Pelajaran yang bisa diambil dalam konteks pengelolaan negara hari ini, aplikasi strategi rahmat kiranya dapat dituangkan ke dalam bentuk kebijakan pelayanan publik yang prima; itu pertanda kasih sayang terhadap sesama, ingin meringankan dan mempermudah urusan publik. Dalam hal penyusunan anggaran, strategi rahmat harus dilakukan melalui kebijakan anggaran yang propublik; program peningkatan pendidikan, kesehat an, dan daya beli (pemberdayaan ekonomi masyarakat) sewajibnya mendapat perhatian lebih daripada seluruh pemangku kepentingan.

Dengan aplikasi strategi kasih sayang pula, perilaku korup dapat ditekan. Bayangkan ada sejumlah hak orang kemudian diambil tanpa izin dan diberikan bagi nafkah keluarga. Bagaimana akibatnya barang tidak halal tersebut akan menjadi darah dan daging mereka. Padahal, surga tidak akan mau dimasuki oleh manusia yang darah dagingnya mengandung barang tidak halal.

Mengingat pentingnya rahmat sebagai solusi untuk berbagai persoalan bangsa, tidak heran apabila dalam sejarah tersebutlah sejumlah pemuda (Ashabul Kahfi) pernah berdoa, "Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami." (QS. Al Kahfi [18]: 10).

Mereka rupanya menyadari betul, untuk dapat menyelesaikan problemproblem kemasyarakatan dan kenegaraan, sangat membutuhkan rahmat atau kasih sayang dari Allah SWT. Tanpa itu, maka mereka­dan siapa pun juga hari ini--akan menjadi bagian dari problem itu sendiri.

Doa itu pula yang kita panjatkan hari ini, semoga Allah mengabulkan doa kita. Amin.


Oleh Ahmad Heryawan
Dimuat di Republika Edisi Selasa, 21 Desember 2010
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/12/21/153642-rahmat