Muhasabah


Mengadakan evaluasi diri atau muhasabah memang merupakan tuntunan Islam. Hal itu diungkapkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Hasyr [59] : 18).

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, suatu siang para sahabat sedang bersama Rasulullah SAW. Lalu, datanglah suatu kaum yang keadaannya sangat memprihatinkan. Wajah Rasulullah berubah ketika melihat mereka. Rasul masuk, kemudian keluar, dan lalu menyuruh Bilal mengumandangkan adzan dan iqamah.

Rasul pun shalat dan kemudian berkhutbah:
“Wahai sekalian manusia, bertaqwalah kalian semua kepada Tuhan mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu …” (QS. An-Nisaa’ [4]: 1).
Dan, beliau membaca ayat: “… dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat),…” (QS. Al-Hasyr [59] : 18).

Seketika itu, seorang sahabat langsung menyedekahkan dinar, dirham, baju, dan kurmanya. Kemudian, secara berturut-turut diikuti oleh para sahabat yang lain, hingga sedekah berupa makanan dan baju itu menumpuk seperti dua anak bukit.

Melihat pemandangan yang menyenangkan itu, wajah Rasulullah berbinar-binar. Lalu, beliau bersabda bahwa siapa yang berbuat baik dia akan mendapat pahala dari perbuatannya dan juga pahala dari orang yang mengikuti kebaikannya itu tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang mengikuti jejak kebaikannya itu. Demikian sebaliknya ketika seseorang berbuat jelek (HR. Muslim).

Dari riwayat yang amat inspiratif tersebut, Ibnu Katsir lalu menafsirkan, ayat "… dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat),…” tersebut mengandung pengertian: “perhitungkanlah diri kalian sebelum kalian diperhitungkan oleh Allah SWT di hari kiamat kelak, dan perhatikanlah amal shalih apa yang sudah kalian simpan untuk akhirat dan untuk menghadap Tuhan”.

Jadi, muhasabah adalah menghitung diri atau bertanya kepada diri sendiri tentang amal shalih yang akan menjadi bekal dalam perhitungan (hisab) Allah SWT di hari kiamat nanti.

Sebagaimana dialami para sahabat dalam kisah inspiratif di atas, muhasabah akan langsung menggerakkan kita untuk bersegera mengukir amal shalih ataupun prestasi. Sebab, dengan muhasabah, kita akan menyadari kebutuhan kita terhadap amal shalih. Bahwa kita sangat membutuhkan amal shalih untuk bekal kita di akhirat kelak.

Oleh karena itu, marilah di Tahun Baru 1432 H ini atau 2011 M nanti, kita semua melakukan muhasabah. Kita bertanya pada diri masing-masing, amal shalih apa yang sudah kita lakukan untuk akhirat kita. Sebab, dengan muhasabah itu, kita akan optimistis menghadapi tahun baru. Dan, optimisme itu muncul tiada lain karena karya nyata yang lahir dari kegiatan muhasabah. Wallahu a’lam.

Oleh Achmad Sjamsudin
Dimuat di Republika Edisi Rabu, 22 Desember 2010
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/12/22/153729-muhasabah


********************

Apa yang kita dapatkan bila bertakwa kepada Allah?

Allah Ta’ala menjanjikan kepada kita, akan berada dalam kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Di antara janji Allah yang merupakan buah dari takwa adalah memberikan jalan keluar dan mendatangkan rizki. Allah Ta’ala berfirman:

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (At-Thalaq: 2-3).

Kita bersyukur kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala dan bershalawat kepada nabi kita Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam. Kita berharap dan memohon semoga Allah Subhannahu wa Ta’ala, meridhoi dan menerima amalan yang kita lakukan sebagai amal ibadah yang diterima serta kita memohon pula untuk senantiasa dijadikan pengikut Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam yang setia hingga akhir hayat serta kita tidak kembali keharibaan-Nya kecuali dalam keadaan berserah diri kepadaNya, sebagaimana yang Allah perintahkan kepada kita di dalam surat Ali Imran ayat 102: Artinya: “Dan janganlah kamu mati, kecuali dalam keadaan beragam Islam.” (QS. Ali Imran 102)