Perselingkuhan



SELINGKUH, gejolaknya memang menyesatkan, namun masih begitu asik dinikmati. Kini, tak lagi sekedar pelarian sesaat dari rasa tak puas, nampaknya selingkuh sudah menjadi tren yang membudaya. Kehadirannya merambah ke semua kalangan, dari publik figur hingga orang biasa.

Tak heran, National Opinion Research Center pernah melaporkan mengenai perilaku seksual di tahun 2006, dimana hampir seperempat dari pria menikah dan 13 persen perempuan menikah pernah berselingkuh.

Realitanya, selingkuh bisa saja dilakukan orang-orang terdekat, tak terkecuali keluarga atau pasangan kita sekalipun. Agar tak terjebak pada kebenaran semu tentang fakta perselingkuhan ini, sebaiknya kenali dulu mitos-mitos salah tentang selingkuh berikut ini:

Hormon pengaruhi kesetiaan

Ya, wanita dengan hormon oestradiol (hormon seks, terkait juga dengan kesuburan) yang cenderung tinggi dipercaya gemar berselingkuh, demikian menurut sebuah studi yang dilakukan para peneliti di The University of Texas di Austin. Hormon itu membuat mereka merasa lebih menarik dan cederung suka menggoda, mencium dan melakukan skandal serius dengan pasangan selingkuhnya.
Selain itu, kadar oestradiol secara negatif terkait dengan kepuasan seorang wanita dengan mitra utamanya. Peneliti mengungkapkan, wanita yang sangat subur sulit terpuaskan dengan pasangan jangka panjangnya, dan selalu terdorong mencari pria yang lebih menarik. Namun, mereka cenderung tetap memilih menjalani hubungan monogamis.

Selingkuh identik dengan seks

Ini jelas keliru, karena selingkuh tak selalu terkait seks, ungkap Scott Haltzman, MD, profesor klinis dari Brown University, dan penulis buku "The Secrets of Happy Married Men". Kecurangan bisa saja terjadi melibatkan perasaan, tanpa kontak seksual. "Persahabatan berubah menjadi perselingkuhan ketika kedekatan emosional itu hadir dan berkembang menjadi ketegangan seksual yang dirahasiakan di luar perkawinan, ungkap Dr Haltzman. Justru perselingkuhan emosional inilah yang ditakuti banyak kaum wanita.

Selingkuh = kehilangan cinta

Ditegaskan Dr Haltzman, perselingkuhan terjadi bukan karena sudah tak ada lagi cinta, "Mereka mungkin tidak bahagia saat ini tapi bukan berarti cinta itu sudah mati," ungkapnya. Alasan yang berkembang seiring perselingkuhan terjadi biasanya merujuk pada masalah internal rumah tangga, misalnya suami membutuhkan dorongan ego dari seseorang yang bukan istrinya, atau istri ingin mencari perhatian dari yang tidak didapatkan di rumah.

Pria selingkuh dengan wanita lebih muda dan cantik

Ini tak selalu benar, buktinya Pangeran Charles dan Ray Sahetapy menikahi wanita selingkuhannya yang lebih tua dari mereka setelah bercerai dari pasangannya masing-masing. Perselingkuhan kerap dikaitkan dengan cinta pada "daun muda" yang lebih cantik dan segar, namun realitanya tak selalu begitu, bukan?
Sebuah skandal terjadi sering kali berakar dari masalah dalam hubungan seseorang saat ini, ungkap Matt Titus, pakar hubungan dan penulis buku "Why Hasn't He Called?". "Selingkuh bisa terjadi karena ingin mencari sesuatu yang hilang atau tidak dimiliki suami atau pasangannya," jelas Titus. Sebagai contoh, beberapa orang selingkuh karena pasangan selingkuhnya lebih pintar atau lebih kaya.

Sekali selingkuh, selamanya selingkuh

"Ketika seseorang melakukan kesalahan, ia akan melihat dampak atas tindakannya dan belajar dari kejatuhannya tersebut," ungkap Titus. Ya, seorang pria yang pernah berselingkuh dan akhirnya bercerai akan merasakan konsekuensi dari ketidaksetiaanya dulu dan menjadi dewasa secara emosional. Ketika akhirnya menikah lagi, ia seperti diberi kesempatan kedua, "Aku tak akan pernah berselingkuh dari istriku". Jadi, stigma 'sekali selingkuh, selamanya selingkuh', itu tidak selalu benar.

Pernikahan bubar setelah perselingkuhan terbongkar

"Affair tidak selalu menghancurkan bahtera pernikahan, affair justru bisa menjadi alarm pembangun ketika mulai ada yang tidak beres dalam pernikahan Anda" ujar Dr Haltzman. Jika Anda mampu mengambil hikmahnya, affair yang dilakukan pasangan bisa menjadi batu loncatan untuk membuka dialog bersamanya dari hati ke hati, atau melalui sesi konseling untuk membahas masalah-masalah yang terjadi dalam rumah tangga Anda.

Sekali selingkuh = suatu "affair"


Saat melakukan affair atau one night stand, artinya sudah tidak ada lagi rasa menghargai pasangan dan janji pernikahan. "Namun keduanya berbeda," tegas Rhonda Fine PhD, pakar seksologi klinis. "Sekali selingkuh memang bisa merusak ikatan kepercayaan dalam hubungan perkawainan Anda, namun selingkuh yang melibatkan perasaan jauh lebih terasa dalam daripada sekedar kencan semalam," jelas duta The American Academy of Clinical Sexologists ini.

Wanita tidak selingkuh

Jangan salah, mereka juga melakukannya, kata Rhonda. "Ketika wanita terlibat di dunia kerja, dan sering melakukan perjalanan bisnis, mereka akan menghadapi situasi yang membuat mereka rentan tergoda untuk berbuat curang alias selingkuh." Hal ini disebabkan karena wanita lebih mudah melakukan bonding daripada pria. "Ketika mereka bekerjasama secara intens dengan rekan kerja pria, mereka seperti merasa terikat secara emosional," ujar Rhonda.

Pria selingkuh karena haus kasih sayang

Ada banyak alasan mengapa orang berselingkuh, dan itu tidak selalu terkait seks. Rhonda mengatakan, "Orang-orang berselingkuh karena mereka egois, tidak dewasa, dan narsis. Mereka menikmati sensasi selingkuh, dan drama atau gejolak asmara yang mungkin tercipta." Biasanya mereka cenderung jarang menyalahkan diri sendiri bila perselingkuhan terjadi.

Krisis paruh baya penyebab perselingkuhan

Dalam suatu poling online yang dilakukan oleh Wisconsin Public Radio, lebih dari separuh responden mengatakan, krisis paruh baya adalah pengalaman nyata yang menimbulkan depresi dan merenggut kepercayaan diri. Beberapa pria usia baya ini mengaku pernah memiliki affair sesudahnya. Sedang yang lain, mengatasi krisis tersebut dengan minum alkohol terlalu banyak atau menjadi depersi secara klinis. Inilah saatnya mereka menjalani konseling.

Orang selingkuh tak ingin kepergok

Justru sebaliknya, catat Dr Haltzman. "Ada pula yang dengan sengaja mengatur sedemikian rupa agar pasangannya memergoki kecurangannya," ujar Haltzman. Mulai dari meninggalkan bekas lipstik di kerah kemeja atau membiarkan e-mail mesra terbuka pada komputer di rumah. Intinya, sengaja meninggalkan jejak dimana-mana.
Seringkali itu terjadi sebagai sinyal meminta bantuan. "Beberapa orang melakukannya secara jelas dan terang-terangan karena mereka ingin berhenti dan keluar dari jerat perangkap perselingkuhan itu namun tidak tahu bagaimana caranya," tutur Haltzman.

Sumber : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/wanita/2011/03/09/1073/Mengenal-Mitos-Selingkuh-2-Tamat

Perselingkuhan, Perlukah Dimaafkan?

Memaafkan sebuah perselingkuhan yang dilakukan pasangan adalah pekerjaan maha berat, tapi bukan tidak mungkin jika Anda memiliki hati seluas samudera. Berdamai dengan masa lalu, bersedia memaafkan, dan sama-sama bangkit memperbaiki yang pernah retak.
Karena, "kemarahanmu boleh saja bersemayam di hati, namun tak boleh berlama-lama kau biarkan menggerogoti jiwamu. Endapkan marah itu, dan biarkan ia mati disana, tak perlu lagi kau bangkitkan, karena hanya akan menambah bebanmu saja.."
Begitulah seorang kawan bijak memberi advice-nya untuk seorang sahabat yang merasa hancur, karena baru saja mengetahui pengkhianatan yang dilakukan pasangannya. Dalam sejarahnya, wanita yang mampu memaafkan peselingkuhan, biasanya memiliki alasan lain di luar cinta yang terkhianati pasangannya.

Ia tak boleh sekedar memanjakan ego, karena kehormatan di mata masyarakat baginya haruslah tetap dijunjung tinggi. Hingga ia bersedia merelakan pasangannya berbagi tubuh dengan yang lain, karena ia merasa tak mampu memenuhi hasrat prianya yang tak mampu ia penuhi. Pun, dalam kodratnya semata sebagai "konco wingking", ia tak berani maju ke depan, dan lebih memilih tegar dalam diamnya, bersedia dimadu dan ikhlas melepaskan miliknya menjadi milik wanita lain.

Bercermin pada skandal Bill Clinton dan Monica Lewinsky. Skandal yang sempat menggemparkan Amerika dan bahkan menjadi konsumsi warga dunia itu akhirnya mereda. Bukan karena pengakuan Bill Clinton atau Monica Lewinsky, tapi lebih pada kerendahan hati seorang Hillary Clinton yang bersedia memberi maafnya untuk sang suami.
Ya, memaafkan perselingkuhan demi menyelamatkan bahtera "penikahan" yang hampir karam adalah sebuah pembuktian bagi siapapun yang mengalaminya, bahwa ia telah berhasil menyingkirkan ego, merasionalisasikan amarah, sakit hati juga perasaan negatif yang menyertai langkah hidupnya.
Namun, semuanya kembali pada masing-masing individu, sebatas mana ketahanan, kesabaran dan toleransi yang mereka miliki dalam menghadapi suatu masalah. Karena tidaklah sama antar individu dan tidak bisa disamakan ataupun menyamakan satu dengan yang lainnya.

Larry A. Bugen Ph.D, penulis "Stuck On Me", mengungkapkan,"Jika Anda telah memutuskan untuk tetap bersama dengan pasangan meski ia telah berselingkuh, sebaiknya Anda harus benar-benar telah memaafkannya. Tak perlu hidup Anda dipenuhi kecurigaan, amarah dan juga kepahitan hidup,".
Untuk menemukan kembali cinta yang hilang paska perselingkuhan, Larry menawarkan nasehat bijaknya bagi Anda yang masih ingin "move on" setelah pengkhianatan menyakitkan itu terjadi.

1. Pengampunan
Perselingkuhan apapun itu, entah sekedar "cinta satu malam" tanpa melibatkan emosi dan perasaan (no hard feeling), atau telah jauh melibatkan fisik dan emosi yang terkuras untuk seseorang berstatus "pacar gelap", semuanya tentu terasa menyakitkan untuk diingat dan dimaafkan.
Namun, tak ada yang tidak bisa dimaafkan ketika Anda bersedia membuka hati, berbicara dari hati ke hati dengannya. Saat itulah Anda berkesempatan menguak tabirnya, bahwa benar, kekurangan dan ketidaksempurnaan selalu menjadi penyebab berjangkitnya penyakit selingkuh. Hanya karena seseorang lain di luar sana dirasa lebih mampu menutupi "cacat" itu, kekurangan itu.
"Matikan saja rasa sakit yang mengendap di dasar hati," seperti nasehat seorang kawan bijak, toh ia telah bersedia mengambil risiko atas tindakan menyakiti hati Anda, mau mengakui dan jantan meminta maaf. Pun, ia kembali tersadar dan mau belajar dari kesalahannya. Bahkan ia ingin memberikan waktunya untuk membuktikan diri, ia masih layak dipercaya.
Dan seiring kata maaf yang bergulir dari bibirnya, sejatinya Anda telah memberikan pengampunan itu, obat terampuh untuk menyembuhkan luka hati.

2. Empati

Kesediaan Anda memaafkan pengkhianatan yang dilakukannya, sejatinya adalah penunjukan sikap bijak Anda yang mencoba berempati kepadanya. Sebuah usaha menempatkan diri Anda pada posisinya, memahami juga perasaannya, bahwa benar tak ada manusia yang sempurna.
Nobody is perfect, seperti sebuah ungkapan lama, Ia, atau Anda adalah pribadi-pribadi yang pasti sarat dengan kekurangan. Ia atau Anda pernah khilaf dan lalu tersadar lantas menemukan jalan pulang, kembali menjadi pribadi yang lebih baik.

3. Pemulihan

Seberapa cepat Anda pulih dari rasa sakit hati karena dikhianati sangat tergantung dari kesediaan Anda untuk bangkit dari keterpurukan, menatap masa depan dan berdamai dengan masa lalu. Jadi, pastikan Anda meninggalkan dulu semua sakit itu di belakang dan berilah jeda untuk pulih dan membangun kembali kepercayaan diri terhadapnya. Niscaya, pemulihan itu akan membawa Anda pada perubahan ke arah yang lebih baik.

So, are you ready to move on after betrayal?


Oleh Er Maya Nugroho
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/wanita/2011/04/20/1094/Perselingkuhan-Perlukah-Dimaafkan