Malu sebagian dari iman
"Dan sesungguhnya Kami jadikan penghuni neraka jahannam, kebanyakan dari jin dan manusia, yang mempunyai hati(akal) tapi tidak mengerti dengan akalnya, dan mempunyai mata tetapi tidak mau melihat dengan matanya, mempunyai telinga tetapi tidak mau mendengar dengan telinganya. Orang-orang yang demikian adalah seperti hewan, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itu adalah orang-orang yang alpa." (QS. Al-A'raf : 179).
Malu dan iman adalah satu rumpun. Apabila terangkat(runtuh) yang satu, maka runtuh pulalah yang lain. "Hadits riwayat Al Hakim". Sifat malu adalah merupakan filter manusia untuk menahan diri melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah. Seperti diketahui, dalam kehidupan ini ada beberapa batas yang tidak boleh dilampaui oleh manusia, yaitu : (1). Batas-batas menurut hukum agama. (2). Batas-batas hukum atau peraturan yang dibuat oleh manusia. (3). Batas-batas menurut norma, baik berdasarkan adat istiadat yang dijunjung tinggi dalam kehidupan.
Kehilangan sifat malu itu bukan saja membawa efek yang buruk dipandang dari sudut rohaniah, tetapi membawa pengaruh yang membahayakan pula dalam kehidupan bermasyarakat.
Ahli Tasauf membagi sifat malu itu tiga macam, yaitu : (1). Malu kepada Allah. (2). Malu kepada manusia. (3). Malu kepada diri sendiri. Malu kepada Allah ialah menghindarkan diri dari perbuatan maksiat dan jahat, baik secara terang-terangan maupun secara tersembunyi yang tidak dilihat oleh orang lain. Ia menyadari sepenuh hati bahwa apa yang dilakukannya itu senantiasa diketahui oleh Allah dengan ilmunya Allah, dan yang dikatakannya baik ataupun buruk pasti akan didengar oleh Allah. Apabila akan melakukan kejahatan baik ditempat tersembunyi atau dalam tempat yang gelap gulita pasti akan dilihat oleh Allah. Maka sifat malu itu kaitannya sangat erat dengan iman.
Malu kepada manusia misalnya berpakaian yang tidak sopan, ala kebarat-baratan, laki-laki bercelana pendek ditengah umum. Apalagi kaum wanita tidak terkecuali tua maupun yang muda suka buka buka aurat, atau pakaian yang transparan yang memancing pandangan laki-laki, akhirnya terjadi perbuatan zina. Kaitannya permainan judi dan mabuk-mabukan. Apabila manusia sudah terbiasa mabuk-mabukan tidak dapat lagi membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Malu kepada diri sendiri dengan memperbandingkan orang lain yang berbuat kebaikan, sedangkan dirinya sendiri masih doyan dengan maksiat. Berbahagialah orang-orang yang masih mempunyai rasa malu kepada dirinya sendiri. Karena malu kepada diri sendiri ini orang lain tidak mengetahuinya. Perasaan malu kalau dirinya ternoda, maka ia akan berusaha untuk tidak melakukan perbuatan yang tercela.
Pembeda
Sifat malu adalah pembeda antara manusia dengan hewan, Allah menciptakan manusia dan hewan sama-sama mempunyai keingingan dan hawa nafsu. Akan tetapi manusia diberi akal untuk mengendalikan dan memimpin dan menguasai hawa nafsu, jelasnya perbedaan antara manusia dengan hewan, manusia diberi akal dan hewan diberi nafsu tidak diberi akal. Karena akal itulah manusia mempunyai perasaan malu. Tetapi pada kenyataannya ada juga manusia yang tidak mempunyai rasa malu, sehingga kesannya tak ubahnya seperti hewan, bahkan lebih rendah dan hina dari hewan, sebagaimana yang dinyatakan Allah dalam QS. Al A'raf : 179.
Apabila kita perhatikan kehidupan hewan, mereka tidak terikat dengan peraturan, makan minumnya berebut-rebutan, siapa yang kuat menindas yang lemah, perkelahian tidak ada yang melerai. Perkawinan kapan saja bisa terjadi, tidak peduli ditengah-tengah keramaian, tidak ada perbedaan anak cucunya yang dikawini.
Kehilangan sifat malu berarti akan hilang pula sifat amanah, yaitu saling percaya mempercayai. Amanah adalah merupakan urat nadi dalam bentuk hubungan bermasyarakat. Rusaknya amanah akan rusak pulalah tatanan hidup dan kehidupan ini, sebab hilangnya sifat amanah akan menimbulkan saling curiga mencurigai, saling benci membenci, akibatnya terjadilah permusuhan bahkan terjadi pembunuhan.
Di abad modern ini manusia sudah mulai kehilangan rasa malu itu, misalnya pesta-pesta minuman keras, muda mudi bergaul bebas tanpa ada rasa malu, diatas sepeda motor yang perempuan memeluk laki-laki. Yang sudah berkeluarga saling tukar suami istri, perselingkuhan dianggap indah. Inilah gambaran manusia yang mempunyai akal ditunggangi oleh hawa nafsu. Semoga uraian ini akan menjadi bahan renungan kita untuk dapat mempertahankan sifat-sifat malu ini.
Penulis : H.A. Suhaimi.
Dikutip dari : Buletin Cahaya, Nomor 43 Tahun Ke-13 18 Dzulqaidah 1430 H / 06 Nopember 2009 M.
Diterbitkan oleh : Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Selatan (PWM SumSel).
http://nasihat-islam.blogspot.com/2010/07/malu-sebagian-dari-iman.html