Hakikat Takut kepada Allah

Kalau dinasihati untuk jangan melakukan kejahatan, karena semua perbuatan dicatat malaikat, tetap saja kejahatan demi kejahatan dilakukan. Akan tetapi kalau ada tanda peringatan bahwa kamera CCTV memantau Anda, barulah takut untuk berbuat salah.

Masih banyaknya manusia yang melakukan kejahatan dan kemaksiatan adalah disebabkan oleh tingkatan imannya yang masih rendah dan belum mencapai kepada tahap keyakinan total kepada perkara-perkara yang gaib. Seseorang lebih takut kepada CCTV yang memantaunya secara temporer dan kondisional daripada takut kepada malaikat pencatat amal yang memantaunya setiap saat, tanpa batas waktu, dan tempat; malaikat.

Orang lebih menjaga dari perilaku kejahatan atau perbuatan dosa yang apabila diketahui oleh publik akan menimbulkan efek yang tidak menguntungkan bagi pelakunya. Seseorang akan merasa lebih takut apabila dosa dan kejahatannya itu diketahui oleh orang lain, daripada takut diketahui oleh Allah.

Namun, adanya rasa malu pada jiwa seseorang disebabkan perbuatan dosanya diketahui oleh orang lain masih lebih baik daripada melakukan dosa atau kejahatan secara terang-terangan, tanpa rasa malu. Karena perasaan malu mengindikasikan adanya keimanan pada diri orang tersebut. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis, "Malu itu adalah cabang daripada iman." (HR Bukhari).

Hakikatnya, iman yang kuat akan mendorong seseorang untuk lebih bertaqwa atau takut kepada Allah, sehingga segala godaan untuk melakukan laranganNya dan godaan untuk meninggalkan perintahNya dapat dikalahkan. Sebaliknya iman yang lemah akan menjadikan seseorang lebih liar, dan bahkan rasa takutnya kepada Allah dapat dilumpuhkan oleh selainNya, sehingga segala rayuan Syaitan yang datang kepadanya tidak dapat dihindarkan. Perintah agama diabaikan sedangkan larangannya dikerjakan.

Semua kenyataan ini kembali kepada kata kunci atau muaranya, yaitu kualitas iman dan takwa kepada Allah SWT.

Orang-orang yang takut kepada Allah ialah golongan yang selamat dari keinginan untuk melakukan aksi jahat dan berbuat maksiat. Alquran sudah menegaskan, bahwa orang yang paling takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya tidak lain adalah orang-orang yang berilmu. (QSFathir:28)

Diriwayatkan dari Abu Hayyan At-Taimy, bahwa dia berkata, "Orang-orang yang berilmu terdiri dari tiga golongan: Pertama, orang yang mengetahui Allah namun tidak mengenal perintah Allah. Kedua, orang yang mengetahui perintah Allah namun tidak mengenal Allah. Ketiga, orang yang mengetahui Allah dan juga mengetahui perintah Allah." (Kitabul Iman, Imam Ibn Taimiyah).

Sedangkan Imam Ibn Taimiyah menegaskan, "Selagi seseorang melakukan sesuatu, sementara dia juga mengetahui bahwa sesuatu itu mendatangkan mudharat kepadanya, maka orang seperti ini layaknya orang yang tidak berakal. Sebab, ketakutan kepada Allah mengharuskan ilmu tentang Allah, maka ilmu tentang Allah juga mengharuskan ketakutan kepadaNya. Dan takut kepada Allah harus melahirkan ketaatan kepadaNya. Orang-orang yang takut kepada Allah adalah orang-orang yang mengerjakan perintah-perintahNya serta menghindari segala bentuk larangan-Nya." Wallahu'alam bisshowab.

Oleh: Imron Baehaqi Lc, adalah Ketua Bidang Dakwah & Tarjih Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Kuala Lumpur

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/05/28/llw2xg-hakikat-takut-kepada-allah