Bahaya Lidah...............


Rasulullah Shallallahu’alaihiwsallam bersabda:” Yang dikatakan muslim itu adalah manusia selamat dari bahaya lidah dan tangannya”.

Imam Ali Radhiallhu’anhu berkata: ”Hati yang jahat terletak pada mulutnya, dan mulut yang baik, terletak pada hatinya”.


Kata orang “Mulutmu Harimaumu,yang akan menerkammu”.


Sepintas dari pepatah di atas, terbersit dalam hati kita akan pentingnya makna sebuah perkataan, dalam sebuah pepatah arab menyebutkan “al-maru’ makhbu’un tahta lisanihi” artinya pribadi seseorang itu akan tampak apabila ia berbicara, apabila terucap perkataan yang baik dari lisannya maka baiklah ia, begitu pula sebaliknya.

Sekilas kita melihat fenomena masyarakat pada saat ini, dimana begitu mudahnya mereka mengobral janji dan perkataan, tanpa memahami makna dari sebuah perkataan. Manusia pada saat ini berlomba-lomba dalam mencapai kebutuhan duniawinya dengan menempuh berbagai macam cara, termasuk diantaranya dengan jalan berdusta. Seorang wartawan misalnya, yang menyebarkan berita yang tidak benar alias kabar dusta, dengan tujuan beritanya laku dikonsumsi khalayak ramai, begitu juga dengan seorang politikus, yang tak henti-hentinya mengobral janji-janji dusta, guna menarik simpati dan dukungan dari masyarakat, atau bahkan memfitnah guna menjatuhkan lawan politiknya, begitu juga halnya dengan pedagang, yang bermain curang dalam takarannya, yang kemudian bermain harga hanya untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar

Lantas bagaimanakah perkataan yang baik itu? Seorang ahli hikmah mengatakan: “perkataan orang berakal bermula dari hatinya, sedang perkataan orang yang jahil berawal dari lisannya dan berbicara sesuka hatinya” artinya, orang cerdas tentulah akan berfikir terdahulu dalam berbicara, dan sesuai dengan kata hatinya karena fitrah dari hati manusia adalah kebajikan, sebaliknya orang yang bodoh tidak berfikir dalam berbicara sehingga perkataan yang keluar dari mulutnya hanya omong kosong belaka.

Di dalam Islam kita mengenal adab dalam berbicara, dikatakan “Apabila engkau duduk bersama orang yang bodoh maka diamlah, karena diammu akan menambah kesabaran, sedangkan apabila engkau duduk bersama orang berilmu maka bicaralah, karena bicaramu akan mendatangkan ilmu” artinya sebagai seorang muslim kita harus bisa memposisikan diri, ada kalanya kita harus diam, dan ada kalanya pula kita harus berbicara “likulli maqamin maqalun wa likulli maqalin maqamun” begitulah pepatah arab mengatakan.

Disamping itu Allah juga mempersiapkan ganjaran yang luar biasa bagi mereka yang senantiasa menjaga kejujuran dalam perkataannya, dalam sebuah hadits dikatakan “kejujuran itu kan mendatangkan kepada kebaikan, dan kebaikan akan membawa ke surga, dan dusta itu mendatangkan dosa, dan dosa akan membawa pelakunya ke neraka” maka dari itu sudah selayaknyalah sebagai hamba Allah yang taat senantiasa menjaga ucapannya dari perkataan dusta.

Contoh : buah dari sebuah kejujuran adalah apa yang dicapai oleh Qudwah kita nabi besar Muhammad saw, kejujuran yang melekat pada pribadi beliau baik dalam perkataan maupun perbuatan telah menyebabkan masyarakat quraisy pada saat itu memberikan beliau gelar Al-Amin, contoh lain adalah kisah yang diceritakan dari Hijaj, ketika beliau menangkap dua orang pemuda dan hendak membunuhnya berkatalah pemuda yang pertama : maafkan saya wahai baginda, saya tidak melakukan kesalahan apa-apa, bahkan saya telah menjaga nama baik baginda ketika orang-orang menjelekkan nama baginda dalam sebuah majlis, berkatalah Hijaj: Apakah kamu memiliki saksi?, Ia berkata: Iya, saksi saya adalah dia {pemuda kedua} berkata pemuda kedua: Iya dia telah berkata benar, kemudian berkata Hijaj: Mengapa engkau tak melakukan hal yang serupa? Ia berkata : karena aku membencimu,

kemudian berkata Hijaj : Saya maafkan keduanya, pemuda pertama kulepaskan karena ia telah berbuat baik kepadaku dan pemuda kedua karena kejujurannya.

Indah bukan? Ternyata kejujuran senantiasa melahirkan kebaikan bagi pelakunya, dikatakan buah dari sebuah kejujuran diantaranya pertama hati senantiasa akan terasa tenang, karena kejujuran senantiasa bersanding dengan syari’at dan akal sehat kedua kedudukan orang yang jujur seperti halnya orang yang mati syahid, dikatakan barang siapa yang meminta syahid dan ia senantiasa bersikap jujur maka Allah akan menempatkannya pada derajat yang serupa dengan mati syahid, sekalipun ia wafat diatas kasurnya ketiga Berkah dalam mencari nafkah

Kejujuran sendiri terbagi dalam beberapa bagian pertama jujur dari setiap ucapan, artinya setiap perkataan yang keluar dari lisannya senantiasa menyuarakan kebenaran kedua Ikhlas untuk Allah, artinya kejujuran itu lahir untuk Allah, baik dalam perkataan maupun perbuatan ketiga jujur dalam tekad, yaitu dengan menepati segala azam yang telah tersirat dalam hati keempat jujur dalam perbuatan, yaitu dengan menserasikan segala perkataan dengan perbuatan yang dilakukan, lawannya adalah riya’ kelima jujur dalam beribadah, hal ini terbentuk dalam rangka kecintaan kepada Allah dengan jalan taat dan patuh atas segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.

Al hasil menjaga lisan bukanlah perakara yang mudah perlu adanya mujahadah dalam menjaganya, maka dari itu Allah telah menyiapkan ganjaran yang luar biasa bagi mereka yang mampu menjaga lisannya, dan tentulah ganjaran Allah bukanlah main-main namun ganjaran abadi berupa surga yang memang dipersiapkan untuk mereka yang bertaqwa. Selamat berjuang sahabat, semoga cobaan yang menerpa tidak memupuskan semangat kita dalam menyuarakan kebenaran pepatah arab mengatakan “Qulil haqqa walkaw kaana murran”

disarikan dari bebagai sumber