Siti Nurhaliza & Opick - Ketika Cinta [duet]



Ada tiada rasa dalam jiwa
Rindu akan memanggil-Mu
Karna setiap jiwa t'lah bersumpah
Setia hanyalah kepada-Mu

Bila cinta ada di dalam jiwa
Wangi bunga dunia tanpa nestapa
Segala yang dirasa hanyalah Dia
Hati 'kan memuja hanya pada-Nya

Ketika cinta memanggil
Gemetar tubuhku
Ketika cinta memanggil
Hangatnya nafasku
Ketika cinta memanggil
Menderu sang rindu
Ketika cinta memanggil

Rindu... rindu... rindu qalbu
Memanggil-manggil nama-Mu
Seperti terbang di langit-Mu
Tenggelam di lautan cinta-Mu

Bertabur qalbu yang rindu
Melebur menjadi satu
Bagai menari diiringi pelangi
Ketika cinta memanggil

**************

“Ada tiada rasa dalam jiwa
Rindu akan memanggil Mu
Karna setiap jiwa tlah bersumpah setia
Hanyalah pada Mu”


Inilah sepenggal lirik lagu Opick yang begitu menyentuh dan karena begitu indahnya lagu ini maka kemudian lagu ini dinyanyikan kembali oleh Siti Nurhaliza untuk dijadikan soundtrack sebuah film nasional. Jika diperhatikan pada bulan Ramadhan ini memang sangat kondusif sekali untuk menikmati dan menghayati lirik-lirik lagu religi seperti ini.

Yang menarik perhatian saya, tidak hanya lagu ini memiliki nada yang sangat indah, namun pada liriknya tersirat makna yang sangat dalam akan arti sebuah “cinta” yang sebenar-benarnya.

Ustad Arifin Ilham pernah menyampaikan bahwa hidup manusia ini adalah sebuah perjalanan melalui berbagai alam, dan semua manusia melalui setiap tahapnya perlahan tapi pasti. Ada hal yang membuat saya teringat kembali pada training ESQ dimana dikatakan bahwa dahulu di alam rahim manusia pernah berjanji dihadapan Allah SWT sebagai berikut :

[7:172] Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengata-kan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”,

Itulah sebuah pengakuan/kesaksian setiap manusia kepada Tuhannya atas segala kebesaran, keagungan, Cinta, dan semua tentang Allah SWT sebagai Illah (yang harus disembah). Dalam perjalanan kehidupannya kemudian manusia lupa, bahkan urusan dunia melebihi urusan kepada Allah SWT. Hal inilah yang kemudian menimbulkan pertanyaan tentang kadar cinta seorang hamba kepada Tuhannya.

Saya ingat ketika saya dahulu mengalami “Cinta” pertama kepada seorang gadis, atau perasaan “Cinta” ketika mengucapkan Akad Pernikahan, atau nikmatnya “Cinta” saat mendengarkan tangisan anak pertama yang baru lahir. Sebuah perasaan yang tidak mungkin hilang atau terlupakan sepanjang hidup di dunia, karena kemudian “Cinta” itu membuahkan “Rindu” yang sangat besar untuk dalam mengalami hal serupa. Akan tetapi saya kemudian bertanya dalam hati apakah saya mempunyai perasaan yang lebih dari itu atau minimal sama seperti itu kepada Tuhan yang telah mendenyutkan jantung, mengalirkan darah keseluruh tubuh, mengalirkan nafas ke paru-paru, memberi makan dan semua nikmat kepada saya dan keluarga?

Siapakah yang telah benar-benar mencintai kita tanpa henti walau terkadang kita lupa membalasnya atau bahkan tidak bersyukur atas apa yang telah Dia berikan? Ya, dengan Rahman dan Rahimnya, Allah SWT telah memberikan semua yang kita perlu untuk hidup di dunia sebagai bentuk “Cinta” kepada seluruh mahluk.

Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana jika “Cinta” yang sebenar-benarnya itu kemudian memanggil kita? inilah bentuk-bentuk panggilan yang mungkin jarang sekali kita hiraukan :

1. Panggilan Allah SWT untuk berkomunikasi melalui panggilan Adzan.
2. Panggilan Allah SWT untuk mengingat-Nya melalui ujian dan cobaan, baik ujian kesusahan atau kenikmatan.
3. Panggilan Allah SWT untuk berjuang dan membela agama Allah melalui seruan para ulama untuk berjihad dengan harta, tahta, ilmu, dan nyawa.
4. Panggilan Allah SWT untuk berjumpa melalui kematian.

Seberapa “Rindu” kita untuk menjawab panggilan “Cinta” Allah SWT? Bukan hal yang mudah memang, karena hal itu juga dipengaruhi oleh kadar keimanan kita kepada Allah, tapi pastinya Allah telah siapkan pahala yang sangat besar manakala kita benar-benar menjawab panggilan itu dengan penuh keikhlasan.

Saya jadi teringat saat menyaksikan bagaimana orang-orang yang sangat mencintai Allah SWT disekeliling saya ketika menjawab panggilan itu. Wajah-wajah yang bersinar dengan mata yang berbinar karena ke”Rindu”an yang besar untuk menyambut “Cinta” dari yang Maha Mencintai. Semoga kitalah orang-orang yang dipilih Allah SWT untuk menerima dan menyambut “Cinta”-Nya dengan penuh ke”Rindu”an.

http://negeriemas.wordpress.com/2010/08/14/ketika-cinta-memanggil/