NATAIJUT TAQWA

Sasaran :

Memahami makna taqwa dan jalan untuk mencapainya.

Memahami keutamaan yang diperoleh di dunia dan di akhirat bagi orang yang bertaqwa.

Termotivasi untuk menggapai derajat taqwa dengan melaksanakan perintahNya dan menajuhi laranganNya.


Sinopsis :

Ibadah menghasilkan taqwa. Sedangkan taqwa akan menghasilkan kebaikan di dunia di antaranya adalah ‘izzah, furqan, keberkahan, jalan keluar, rizqi, kemudahan. Hasil kebaikan di akhirat bagi orang bertaqwa meliputi dihapuskannya kesalahan, diberi ampunan dan pahala yang besar.



Hasiyah :

Furqan

Dengan taqwa, Allah swt akan memberikan kepada kita furqan yaitu kemampuan membedakan dan memisahkan antara yang haq dengan yang batil, mana yang perlu diikuti dan mana yang tidak.

Dalil : furqan (QS. 98 : 29)

Barakah

Bagi orang yang beriman dan bertaqwa, Allah swt akan melimpahkan barakah, yaitu kehidupan yang memiliki faedah bagi makhluq disekelilingnya sehingga menjadikan hidup tenang dan tenteram.

Dalil : barakah (QS. 7 : 96)

Makhraja

Jalan keluar (makhraja) adalah juga sesuatu yang dilimpahkan Allah swt kepada orang yang beriman dan bertaqwa. Setiap kesulitan hidup yang dijumpainya dapat teratasi dengan hadirnya petunjuk jalan keluar dari Allah swt. Kemudahan ini hanya diperoleh bagi mereka yang bertaqwa, bersungguh-sungguh dan bertawakkal.

Dalil : makhraja (QS. 65 : 2)

¨ Rizqi

Rizqi yang halal akan dirasakan nikmat sebagai balasan bagi mereka yang bertaqwa. Bila sedikit akan bershabar atau jika banyak malah bersyukur, sehingga kesemuanya bukanlah fitnah yang menyulitkan.

Dalil : rizqi (QS. 65 :3)

¨ Kemudahan

Kemudahan akan ditampakkan sebagai balasan bagi mereka yang bertaqwa. Dengan bertaqwa kepada Allah swt, bisa saja diturunkan secara langsung ataupun dihadirkan dalam bentuk ketenangan jiwa dan kedamaian berislam, sehingga kesemuanya dirasakan bukanlah sebagai masalah.

Dalil : kemudahan (QS. 65 : 9)

¨ Kebaikan di dunia

Kebaikan dan kenikmatan di dunia bagi orang yang bertaqwa adalah barakah, jalan keluar, rizqi dan kemudahan.

Dalil : kebaikan di dunia (QS. 2 : 200)

¨ Kebaikan di akhirat

Kebaikan dan kenikmatan di akhirat bagi orang yang bertaqwa adalah dihapuskannya kesalahan yang dikerjakan, diampuni dosanya dan ganjaran pahala yang besar.


===========================================


HAKIKATUL INSAN


Sasaran :

Memahami kedudukan manusia sebagai makhluq yang lemah dan bagaimana dengan kelemahan itu dapat digapai kemuliaan.

Memahami tugas yang dibebankan kepada manusia, pilihan yang benar dalam tugas tersebut dan tanggung jawab bagi pelaksanaannya atau pengingkarannya.


Sinopsis :

Hakikat manusia - menurut Allah selaku Khaliq - adalah sebagai makhluq, dimuliakan, diberikan beban, bebas memilih dan bertanggung jawab. Manusia sebagai makhluq bersifat fitrah : lemah, bodoh dan faqir.

Manusia diberikan kemuliaan karena mamiliki ruh, keistimewaan dan ditundukkannya alam baginya. Manusia juga dibebankan Allah swt untuk beribadah dan menjalankan peranan sebagai khalifah di bumi yang mengatur alam dan seisinya.

Manusia pada hakikatnya diberikan kesempatan memilih antara beriman atau kafir, tidak seperti makhluq lainnya yang hanya ada satu pilihan saja yaitu hanya berislam. Manusia bertanggung jawab atas pelaksanaan bebanan yang diberikan baginya berupa : surga bagi yang beramal islami atau neraka bagi yang tidak beramal islami.


Hasiyah :

Hakikat manusia :

¨ Yang diciptakan.

Dalil : berada dalam fitrah (QS. 30 : 30), bodoh (QS. 33 : 72), lemah (QS. 4 : 28) dan fakir (QS. 35 : 15).

¨ Yang dimuliakan

Dalil : ditiupkan ruh (QS. 32 : 9), memiliki keistimewaan (QS. 17 : 70), ditundukkannya alam baginya (QS. 45 : 12, 2 : 29, 67 : 15).

¨ Yang menanggung beban

Dalil : ibadah (QS. 51 : 56), khilafah (QS. 2 : 30, 11 : 62).

¨ Yang bebas memilih

Dalil : bebas memilih iman atau kufur (QS. 90 : 10, 76 : 3, 64 : 2, 18 : 29).

¨ Yang mendapat balasan

Dalil : bertanggung jawab (QS. 17 : 36, 53 : 38-41, 102 : 8), berakibat syurga (QS. 32 : 19, 2 : 25, 22 : 14) atau neraka (QS. 32 : 20, 2 : 24).



=========================================


THAQATUL INSAN


Sasaran :

Memahami bahwa potensi pendengaran, penglihatan dan hati (akal) akan dimintai pertanggungjawaban dalam melaksanakan ibadah.

Memahami bahwa melaksanakan tugas ibadah akan mempertahankan posisi kekhilafahannya.

Memahami dan menyadari bahwa khianat/tidak melaksanakan tugas ibadah akan berakibat kepada diri sendiri



Sinopsis :

Potensi manusia yang terdiri dari pendengaran, penglihatan dan hati (akal) merupakan instrumen yang diberikan oleh Allah untuk dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab yang dibebankanNya. Sebab dengan semuanya itu manusia dapat memperoleh kelebihan-kelebihan sehingga dapat menjalankan amanah : beribadah dan manjalankan fungsi kekhilafahan. Dengan kekhilafahan ini, manusia mendayagunakan potensinya tersebut untuk membimbing alam. Bagi mereka yang khianat terhadap segenap potensi yang diberikanNya tersebut, ia akan mendapat kerugian dan Allah swt memberi julukan kepada mereka : bagaikan hewan ternak, seperti anjing, seperti monyet, seperti babi, seperti kayu, seperti batu, seperti laba-laba dan seperti keledai.



Hasiyah :

¨ Potensi manusia

Dalil : pendengaran, penglihatan dan hati (akal)

¨ Mas’uliyah

Manusia dengan segenap potensi dan kelebihan-kelebihan harus bertanggung jawab dan menyadari perannya. Tugas/amanah yang dibebankan sebagai refleksi atas potensi dan kelebihan-kelebihan yang telah diterimanya itu adalah beribadah, tetapi tidak semua manusia bersedia menerima amanah ini dan sebagian menolaknya.

Dalil : dengan ketiga potensi dan kelebihan-kelebihan lainnya manusia mendapat tugas beribadah (QS. 2 : 21, 51 : 56)

¨ Khilafah

Bagi yang menyadari potensi-potensi yang telah diberikan dan beribadah kepada Allah (berislam) maka status khilafah disandangnya. Khilafah bukan berarti pemilik asal, tetapi ia hanya bertindak selaku pemelihara alam yang Allah telah ciptakan. Maka mendayagunakan alam dan menjalankan fungsi kekhilafahan harus selaras dengan kehendak Sang Pemilik Alam dan tidak menentangNya.

Dalil :

§ menjadikan kewajiban, bersikap amanah, memperoleh kedudukan khilafah (QS. 24 : 55, 48 : 29)

§ makna khilafah bukan berarti pemilik asal, tetapi hanya pemelihara (QS. 35 : 13, 40 : 24-25, 53)

§ mendayagunakan alam dan menjalankan fungsi kekhilafahan harus selaras dengan kehendak Sang Pemilik Alam (QS. 76 : 30, 26 : 68)

§ tidak menentang terhadap aturanNya (QS. 100 : 6-11)

¨ Lalai

Mereka yang lalai tidak menyadari potensi yang telah diberikan kepadanya dan tidak bertanggung jawab, akan mendapatkan kerugianyang amat besar, bahkan dianggap setara dengan makhluq yang lebih rendah derajatnya; tidak bernilai di sisi Allah swt.

¨ Dalil : lalai dari kewajiban, bersikap khianat berarti

§ bagaikan hewan ternak (QS. 7 : 179, 45 : 2, 25 : 43-44)

§ seperti anjing (QS. 7 : 176)

§ seperti monyet (QS. 5 : 60)

§ seperti babi (QS. 63 : 4)

§ seperti kayu (QS. 2 : 74)

§ seperti batu (QS. 29 : 41)

§ seperti laba-laba (QS. 62 : 5)

§ seperti keledai


=========================================


NAFSUL INSAN



Sasaran :

Memahami kedudukan ruh dan hawa nafsu yang mempengaruhi jiwa manusia hingga menimbulkan kondisi-kondisi kejiwaan.

Memahami bahwa dzikir, akal atau syahwat dapat menimbulkan tiga nafsu jiwa : muthmainnah, lawwaamah dan amarah.

Termotivasi untuk meningkatkan keimanan dan ruhul jihad sehingga menggapai nafsu muthmainnah.


Sinopsis :

Nafsu manusia senantiaa berubah-ubah bergantung kepada sejauh mana kekuatan ruh saling tarik dengan hawa nafsu. Pertempuran selalu berlaku bagi keduanya. Manusia yang ruh (islam)nya dapat menekan hawa nasunya dengan dzikrullah, maka ia memiliki nafsul muthma’innah.



Hasiyah :

Nafsu manusia

Dalil : nafsu manusia (QS. 91 : 7-10)

Ruh di atas hawa nafsu

Dalil : ruh menguasai hawa nafsu (QS. 29 : 45)

berorientasi dzikr (QS. 3 : 191, 13 : 28)

jiwa yang tenang (QS. 89 : 27-30)

Ruh tarik menarik dengan hawa nafsu

Dalil : ruh senantiasa tarik menarik dengan hawa nafsu (QS. 4 : 137, 143)

berorientasi akal/akal-akalan (QS. 2 : 9)

jiwa yang selalu menyesali dirinya (QS. 75 : 2)

Ruh di bawah pengaruh hawa nafsu

Dalil : ruh dibawah pengaruh dan dikuasai hawa nafsu (QS. 25 : 43, 45 : 23)

berorientasi syahwat (QS. 3 : 14)

jiwa yang selalu menyuruh kepada kejahatan (QS. 12 : 53)


==========================================


SIFATUL INSAN


Sasaran :

Memahami dua jalan yang diberikan Allah kepada manusia melalui jiwanya.

Memahami bahwa untuk meningkatkan kualitas taqwa ia harus beribadah dengan senantiasa mensucikan jiwa.

Termotivasi untuk meninggalkan sifat buruk yang membawa kepada maksiat.


Sinopsis :

Jiwa manusia diberi dua jalan pilihan : taqwa dan fujur. Manusia bertaqwa adalah manusia yang selalu membersihkan dirinya (tazkiatun nafs) sehingga muncul pada diri mereka sifat syukur, shabar, penyantun, penyayang, bijaksana, taubat, lemah lembut, jujur dan dapat dipercaya, lalu berakhir kepada kejayaan. Manusia yang menempuh jalan fujur, dominan dalam memperturutkan syahwatnya, cenderung bersifat tergesa-gesa, berkeluh kesah, gelisah, dusta, bakhil, kufur, berbantah-bantahan, zalim, jahil, merugi dan bermuara kepada kefatalan.


Hasiyah :

¨ Nafsul insan

Dalil : jiwa manusia diberi dua jalan pilihan (QS. 90 : 10, 91 : 8, 76 : 3, 64 : 2, 18 : 29)

¨ Taqwa

Dalil : tazkiatun nafz (QS. 91 : 8, 87 : 14-15, 62 : 4) akan memperoleh kejayaan (QS. 87 : 14-15)

¨ Fujur

Dalil :

§ mengotori jiwa (QS. 91 : 10)

§ memperturut ketergesa-gesaan (QS. 17 : 11, 21 : 37)

§ berkeluh kesah (QS. 70 : 19)

§ gelisah (QS. 70 : 20)

§ dusta (QS. 17 : 100)

§ bakhil (QS. 14 : 34)

§ kufur (QS. 14 : 13)

§ susah payah (QS. 90 : 4)

§ berdebat (QS. 18 : 54)

§ berbantah-bantahan

§ zalim

§ jahil

§ merugi

§ bermuara kepada kefatalan


=========================================


HAKIKATUL IBADAH


Sasaran :

Memahami hakikat beribadah kepada Allah.

Memahami makna dan tujuan ibadah sebagai tujuan kehidupan manusia.

Termotivasi untuk menjadikan selurh aspek kehidupannya untuk diabdikan kepada Allah.


Sinopsis :

Hakikat beribadah kepada Allah adalah meng-ilah-kan Allah dan mengingkari thaghut; ini adalah tugas bagi kehidupan manusia. Motivasi beribadah adalah mensyukuri atas seluruh nikmat yang telah diberikanNya kepada kita dan merasakan keagungan Allah swt melalui ciptaanNya di alam semesta.

Ibadah yang dilakukan bertujuan menghinakan diri, kecintaan dan ketundukan. Ibadah dilakukan dengan penuh harap dan rasa takut.


Hasiyah :

¨ Sumber pelaksanaan ibadah

Dalil :merasakan banyaknya nikmat Allah swt (QS. 16 : 18, 55 : 13, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 31 : 20, 14 : 7) dan merasakan keagungan Allah swt (QS. 7 : 54, 67 : 1)

¨ Ibadah

Dalil : Ibadah bertujuan merendahkan diri (QS. 7 : 55), kecintaan (QS. 2 : 165), ketundukan (QS. 4 : 125)

¨ Takut dan harap


Dalil : Ibadah dilakukan dengan takut (QS. 7 : 55-56, 9 : 13, 33 : 39, 2 : 41) & harap (QS. 21 : 90, 94 : 8)


http://hambaallahswt.multiply.com/recipes/item/19