Urgensi Shalat Berjamaah
Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata. Kemudian apabila mereka (yang shalat bersamamu) sujud (telah menyempurnakan satu rakaat), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum shalat, lalu shalatlah mereka denganmu.
(QS An-Nisa: 102)
Ayat di atas merupakan dalil yang sangat jelas, bahwa shalat berjamaah hukumnya fardhu 'ain bukan hanya sunnah atau fardhu kifayah, karena Allah SWT tidak menggugurkan kewajiban berjamaah bagi rombongan kedua dengan telah berjamaahnya rombongan pertama. Seandainya hukum shalat berjamaah sunah, tentu keadaan takut dari musuh (ketika perang) adalah udzur (keringanan) yang utama. Dan seandainya hukum shalat jamaah fardhu kifayah, tentu shalat jamaah telah gugur dengan berjamaahnya rombongan pertama
(Ibnul Qoyyim, Kitab Sholat, hal. 138).
Lebih lanjut lagi Al-Allamah As-Sinqithi berkata "Ayat ini merupakan dalil yang sangat jelas tentang wajibnya shalat berjamaah."
(Adwaul Bayan 1/216).
Sebuah fakta yang ada di depan mata kita adalah bahwa banyaknya kaum muslimin sekarang yang meremehkan shalat terlebih shalat berjamaah di masjid.
Sebagai seorang muslim kita pasti mengerti tentang kedudukan shalat berjamaah yang begitu tinggi dalam Islam. Betapa sering Allah SWT dan Rasul-Nya menyebut kata shalat, memerintah untuk melaksanakannya secara tepat waktu dan berjamaah, bahkan bermalas-malasan dalam melaksanakan shalat merupakan salah satu tanda kemunafikan.
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah bersabda, "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh aku berkeinginan untuk memerintahkan mengumpulkan kayu bakar lalu dibakar, kemudian aku memerintahkan agar adzan dikumandangkan. Lalu aku juga memerintah seseorang untuk mengimami manusia, lalu aku berangkat kepada kaum laki-laki (yang tidak shalat) dan membakar rumah-rumah mereka
(HR Bukhari 644 dan Muslim 651).
Perawi hadis yang sangat masyhur Imam Bukhari memuat hadis ini ke dalam bab "Wajibnya Shalat Berjamaah". Begitu juga yang diungkapkan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar bahwa hadits ini secara jelas menunjukkan bahwa shalat berjamaah hukumnya fardhu 'ain.
Sebab jika hukumnya sunnah, maka tidak mungkin Rasulullah mengancam orang yang meninggalkannya dengan ancaman rumahnya dibakar (Fathul Bari 2/125). Ibnu Daqiq Al-'Ied berkata bahwa para ulama yang berpendapat fardhu 'ain berdalil dengan hadis ini, sebab jika hukumnya fardhu kifayah, tentu telah gugur dengan perbuatan Rasulullah dan para sahabat yang shalat berjamaah.
Hadits yang lain juga mengisahkan bahwa Abu Hurairah berkata, ada seorang buta datang kepada Rasulullah seraya berkata, Ya Rasulallah, tidak ada seorang yang menuntunku ke masjid, adakah keringanan bagiku? Jawab Nabi, "Ya." Ketika orang itu berpaling, Rasulullah bertanya, "Apakah kamu mendengar adzan?" Jawab orang itu, "Ya". Kata Nabi selanjutnya, "Kalau begitu penuhilah!"
(HR Muslim: 653).
Lepas dari itu, shalat berjamaah banyak manfaatnya. Di antara hikmah disyariatkannya shalat berjamaah adalah, pertama, mengokohkan persaudaraan sesama Muslim.
Kedua, menampakkan syiar Islam dan izzah (kemuliaan/kejayaan) kaum muslimin. Karena syiar Islam yang paling utama adalah shalat. Seandainya kaum muslimin shalat di rumah/kamarnya masing-masing, mungkinkah syiar Islam akan tampak? Sungguh di balik keluar masuknya umat Islam ke masjid terdapat izzah (kemuliaan/kejayaan) yang sangat dibenci oleh musuh-musuh Islam.
Ketiga, kesempatan menimba ilmu. Betapa banyak orang mendapat hidayah, ilmu dan cahaya lewat perantara shalat berjama'ah.
Dan keempat, belajar disiplin. Inilah salah satu hikmah terpenting yang terkandung dalam shalat berjamaah. Seorang Muslim akan menjadi manusia unggul bila shalatnya bermutu tinggi dan dilakukan dengan berjama’ah. Seorang Muslim yang shalatnya berkualitas, niscaya akan mampu menangkap hikmah yang amat mengesankan dari shalatnya tersebut, yaitu hidup tertib, selalu rapi, bersih, dan disiplin. Inilah jalan menuju pribadi berkualitas yang akan menuai kemenangan di dunia dan akhirat.
Karena orang yang memiliki kesanggupan untuk mendisiplinkan diri dengan baik akan mampu menertibkan segala sesuatu di sekelilingnya, dengan cara menempatkan sesuatu pada tempatnya (wadh’u asy-syai fi mahallihi). Dia tidak perlu lagi kehilangan banyak waktu secara percuma karena lupa letak suatu barang yang diperlukan. Pembagian waktu yang adil akan bermanfaat bagi peningkatan kualitas diri, sedangkan kebiasaan hidup tertib dan disiplin akan menghemat waktu dari kemungkinan sia-sia.
Shalat berjamaah tidak hanya menjadi ukuran kadar keimanan seseorang, tapi juga menjadi ukuran seberapa besar seorang muslim mampu mendisiplinkan dirinya. Jarak waktu shalat fardhu yang telah Allah atur sedemikian rupa dan dibarengi perintah shalat berjama’ah adalah salah satu bentuk ukuran kadar keimanan seseorang kepada Allah SWT, dan tentu di baliknya tersimpan hikmah yang begitu besar.
Oleh: Alex Nanang Agus Sifa *)
*) Anggota Centre for Islamic and Occidental Studies (CIOS) ISID Gontor Ponorogo.
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/11/02/23/165655-hikmah-pagi-urgensi-shalat-berjamaah
*****************************
Masjid dan Shalat Berjamaah dalam kehidupan seorang muslim
Segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam atas Rasulullah saw, beserta keluarga dan para sahabatnya dan orang-orang yang mendukungnya…
Shalat berjamaah dalam suatu masjid merupakan tanda adanya hidayah dan perbaikan
Allah SWT berfirman:
“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, emnunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”. (At-Taubah:18)
Dan diriwayatkan oleh imam Muslim dari Abdullah bin Mas’ud berkata:
“Barangsiapa yang ingin berjumpa dengan Allah pada hari esok (hari kiamat) sebagai muslim, maka hendaknya menjaga beberapa kewajiban shalat yang selalu diserukan kepadanya, karena sesungguhnya Allah telah mensyariatkan kepada nabi-Nya beberapa sunah yang membawa pada petunjuk, dan beberapa hal tersebut juga merupakan bagian dari sunah yang membawa petunjuk, sekiranya kalian shalat di rumah-rumah kalian sebagaimana orang yang berbeda pendapat lalu shalat di rumahnya maka kalian akan meninggalkan sunah nabi kalian, dan sekiranya kalian meninggalkan sunah nabi, maka kalian akan tersesat, dan tidaklah seseorang yang berwudhu (bersuci) lalu baik wudhunya, kemudian bersengaja menuju ke masjid dari masjid-masjid Allah kecuali akan dituliskan kepadanya oleh Allah dari setiap langkah yang dilakukannya satu kebaikan, dan diangkatnya satu derajat serta dihapus darinya dengannya satu keburukan, dan kami telah melihat bahwa tidaklah berbeda pendapat darinya kecuali sebagai orang munafik yang tampak kemunafikannya, dan adalah seseorang akan diberikan dengan hidayah di antara dua orang sampai di tegakkan nya shaf (barisan) shalat”.
Sampai pada batas inilah para sahabat memandang bahwa jamaah di masjid merupakan pembeda antara orang beriman dan munafik, bahkan katika ada yang sakit dari mereka berusaha dibopong ke masjid karena tidak mampu berjalan menuju masjid untuk ikut shalat berjamaah!
Adapun dalil-dalil keutamaan shalat jamaah di masjid sangatlah banyak yang tidak asing lagi bagi Ikhwanul Muslimin, bahkan kedudukan salah seorang sahabat dari mereka tidak jauh dari komitmennya kepada masjid.
Pernah ditanyakan kepada nabi saw: sekiranya saya membeli keledai yang dapat Anda kendarai pada waktu malam dan pada waktu terik matahari! Beliau berkata: tidak ada yang memberikan kebahagiaan kepadaku bahwa kedudukan saya ada ketika berada di samping masjid, saya berharap dituliskan untukku pada setiap langkah menuju masjid, dan pulangnya lalu aku bertemu dengan keluargaku. Maka Rasulullah saw bersabda: “Sungguh Allah telah memberikan kepadamu semua itu”.
Jamuan ruhiyah
Bahwa orang yang berjalan menuju masjid untuk shalat, maka ketika pulang dan perginya merupakan tamu Allah dan jamuan Allah, dan Allah akan memberikan kemuliaan dengannya dari jamuan yang dapat memenuhi hatinya berupa ketenangan dan ketenteraman, memenuhi ruh dan jiwanya akan keridhaan dan kebahagiaan, serta memberikan dada yang lapang dan penuh keceriaan. Rasulullah saw juga bersabda:
“Barangsiap yang pergi ke masjid dan pulang darinya, maka Allah akan mempersiapkan untuknya kedudukan yang tinggi di surga setiap kali dirinya pergi dan pulang”. (Muttafaq alaih).
Dan Rasulullah saw menyebutnya dengan al-kafarat (penghapus dosa), beliau bersabda:
Al-kaffarat adalah berdiam di masjid setelah shalat, dan berjalan dengan kaki untuk shalat berjamaah, sempurna dalam berwudhu, dan barangsiapa yang melakukan itu maka akan mendapatkan kehidupan yang baik dan meninggal dalam keadaan baik, dan gugur segala kesalahannya seakan baru dilahirkan dari rahim ibunya”. (Tirmidzi)
Allah sangat senang kepada hamba-Nya yang terbiasa ke masjid dan berjamaah
Nabi saw bersabda:
“Tidaklah seorang muslim pergi ke masjid untuk shalat dan berdzikir kecuali Allah SWT sangat senang dan bergembira kepadanya sebagaimana senang dan gembiranya orang yang lama tidak bertemu dengan saudaranya kemudian berjumpa pada suatu hari”.
(Ibnu Majah)
Hati-hatilah dari tidak shalat berjamaah di masjid dan menjauh dari masjid!!
Karena itu di antara taujihat Ikhwan adalah memelihara shalat jamaah, memakmurkan masjid dengan berdzikir dan shalat, tidak mencari-cari rukhsah untuk meninggalkan jamaah di masjid kecuali karena udzur yang sangat terpaksa.
“Suatu ketika Ibnu Ummi Maktum yang buta menghadap dan mengadu kepada Nabi saw karena usianya yang sudah lanjut dan matanya buta serta tidak ada yang menuntunnya. Maka nabi saw berkata kepadanya: “Apakah kamu mendengar suara azan? Beliau berkata: Ya, nabi bersabda: Saya tidak menemukan dari rukhsah (keringanan) sedikitpun”.
(Ibnu Majah)
Karena itulah wahai akh muslim hendaklah kalian keluar menuju masjid untuk ikut shalat berjamaah, bagaimanapun kondisinya, sekalipun menurut perasaan Anda tidak mendapatkan jamaah pertama; karena nabi saw bersabda:
“Barangsiapa yang berwudhu, lalu sempurna wudhu, kemudian pergi menuju masjid dan mendapati jamaah telah selesai shalat jamaahnya, maka Allah akan memberikan kepadanya seperti ganjaran orang shalat dan hadir pertama kali, tidak dikurangi sedikit pun ganjaran dari ganjaran mereka”. (Abu Daud)
Masjid dan shalat berjamaah adalah inti kesuksesan dakwah
Bahwa dakwah kami wahai Ikhwan adalah dakwah Islam yang bertolak dari masjid; melekat hati-hati ini kepada masjid dan begitu cinta kepadanya karena Allah, dan apa yang diwasiatkan oleh imam Syahid Hasan Al-Banna kepada Ikhwan pada setiap bagian atau tempat untuk terus menumbuhkan hubungan kepadanya; yaitu berupa semangat untuk shalat fajar secara berjamaah satu kali dalam setiap pekan paling sedikit bersama-sama di dalam satu masjid.
Sebagaimana shalat secara berjamaah yang kita tunaikan pada setiap hari lima kali merupakan latihan harian pada sistem jamaah secara nyata dan kongkret, menyatu di dalamnya berbagai bentuk kebaikan yang beragam; karena dengannya akan terwujud makna persamaan, menghilangkan perbedaan kulit, tingkatan dan ras, mewujudkan persatuan dan aturan pada suatu keinginan dan fenomena yang sama, membiasakan orang beriman untuk meluruskan yang salah dan keliru, sekalipun dia adalah imam (pemimpin), dan juga membiasakan sang imam (pemimpin) yang salah dan keliru untuk memperbaiki kesalahannya dan kekeliruannya dan menerima yang benar, siapapun yang menunjukkannya kesalahan tersebut kepadanya, karena itu apakah ada yang tersisa dari sistem yang beragam ini akan kelebihan dan keutamaan Islam, padahal telah disatukan berbagai kebaikan dan diberikan perlindungan di dalamnya dari berbagai keburukan dan kejahatan serta kesalahan.
Kemudian dalam memelihara shalat berjamaah akan menumbuhkan di hati orang beriman sifat positif, dan menghilangkan sifat negatif dan tidak peduli, mendorong untuk mewujudkan Islam secara nyata dan kongkret, bekerja untuknya dan mengarahkan hidup di dunia pada jalan kebaikan yang dibawa olehnya. Ustadz Al-Banna berkata: “Dari sinilah wahai Ikhwan, kami melihat para kekasih masjid, pecinta ibadah, penghafal Al-Qur’an, dan bahkan para generasi muda yang terikat dari para salafus shalih semoga Allah merahmati mereka semua; tidak pernah puas dengan kemerdekaan negeri mereka, dan tidak pernah bangga dengan kemuliaan kaumnya, dan kebebasan bangsa mereka, namun mereka selalu menyebar ke pelosok bumi, yang dengannya mereka mendapatkan petunjuk, mengajak untuk menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat, tidak berlebih-lebihan dan bermalas-malasan, tidak melakukan kezhaliman dan permusuhan, dan memperbudak manusia karena mereka terlahir dalam keadaan merdeka”.
Karena itu marilah ke masjid wahai Ikhwan yang tercinta, makmurkanlah dengan shalat berjamaah, shalat wajib, dzikir dan membaca Al-Qur’an, berbaurlah dengan orang-orang shalih dan mulia di tengah masyarakat kalian, jadikanlah ini sebagai titik tolak dalam berdakwah, memberikan arahan dan petunjuk bagi dunia secara keseluruhan, kembalilah kepadanya dari setiap seruan untuk shalat sehingga kalian dapat membersihkan jiwa-jiwa kalian, memulai dalam gerak dan aktivitas kalian, niscaya Allah akan selalu bersama kalian dan tidak menyia-nyiakan amal ibadah kalian.
Sampai berjumpa lagi pada pembicaraan yang lain bersama (suara dari dalam hati)..
Saya titipkan kepada Allah agama, amanah dan akhir dari perbuatan kalian.
Allah Maha Besar dan segala puji hanya milik Allah.
Muhammad Mahdi Akif
Mursyid Am Ikhwanul Muslimin
Penerjemah: Abu Ahmad