1. Sesungguhnya berdzikir itu karunia Allah bagi hamba-hamba-Nya yang beriman. Betapa dzikir itu membawa ketentraman dan ketenangan batin. Karena dzikirlah, kita menjadi “hidup”. Hidup dalam arti sebenarnya. Sedangkan mereka yang tidak berdzikir, diibaratkan sebagai orang yang mati.
Mulut yang basah dari dzikrullah mana mungkin berdusta, memfitnah dan menggunjing! Mata yang berdzikir, mana mungkin melihat yang haram! Seluruh tubuh ini berdzikir, bergerak atas titah-Nya! Jika tangan kita melempar maka yang melempar adalah Dia. Jika kita memohon pertolongan pada-Nya, pasti dikabulkan-Nya.
Selamat datang di taman surga wahai para muzakirin. Sesungguhnya kalian adalah orang-orang yang dicintai dan dirahmati Allah. Tiada kesedihan bagi kalian, karena ruh kehidupan ini telah terisi kegembiraan.
“Tidak ada satu kaum pun yang berdzikir kepada Allah, kecuali mereka akan dikelilingi oleh para malaikat, akan diselubungi rahmat, akan turun ketenangan kepada mereka, dan Allah akan menyebut (nama) mereka di antara orang-orang yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim).
2. Kita sbg makhluk yg didesain oleh Allah SWT dgn sempurna,
memiliki akal sbg alat berfikir, hati sbg alat memahami, nurani sbg alat interospeksi, syahwat sbg penggerak tingkah laku dan
hawa nafsu sbg tantangan. Kesemuanya itu dirancang utk menghadapi
medan kehidupan yg sulit.
Dgn akal kita bisa memecahkan masalah yg sulit, dgn hati kita bisa menerima kenyataan yg pahit, dgn nurani kita bisa mundur selangkah demi memperbaiki diri, dgn syahwat membuat kita dinamis mencari dan dgn hawa nafsu kita menjadi tertantang... utk mampu mengendalkan diri
Jika orang ingin sekedar senang dlm hidup, maka ia dapat mencari kesenangan instan, pergi ke tempat hiburan, berfoya-foya dan berpesta pora. Tetapi jika seseorang ingin meraih kebahagiaan, maka ia justeru harus siap menderita menghadapi kesulitan, melupakan kesenangan jangka pendek
3. Ketika kita berdoa, yang paling penting bukanlah ijabahnya doa. Bukan pula datangnya barang yang kita minta, atau lenyapnya kesulitan yang menimpa. Meningkatnya kedekatan diri kita kepada Allah SWT. Justru yang paling penting dari proses doa yang kita lakukan.
Pada akhirnya dalam proses pelaksanaan doa diperlukan interaksi dua arah. Yaitu interaksi kita dengan diri kita melalui introspeksi, dan interaksi kita pada Allah. Kita harus mengkritisi dan mengevaluasi terhadap perilaku kita, sambil kita terus mengikat diri pada Allah. Dengan demikian hakikat doa tidak sekedar mencari kepuasan atas dikabulkannya permintaan kita, tetapi ia berdampak pada kedekatan pada Illahi.
kebutuhan kita utk beribadah kpd Allah dan mendekat kpd-Nya, lebih mendesak drpd kebutuhan kita kpd makanan, minuman dan udara. Karena makanan, minuman dan udara berfungsi utk melestarikan tubuh, sedangkan ibadah berfungsi utk menegakan ruh... dan tubuh sekaligus. Oleh karena itu ibadah mendekatkan diri kpd-Nya merupakan aktivitas seluruh makhluk yg ada, baik benda mati, hewan maupun tumbuh2-an, baik yg kita saksikan maupun yg tdk dpt kita saksikan. Allah berfirman:
“Langit yg tujuh, bumi dan semua yg ada di dlmnya bertasbih kpd Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dgn memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tdk mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Israa: 44)
Juga firman-Nya:
“Sesungguhnya Allah memasukan orang2 yg beriman dan mengerjakan amal saleh ke dlm surga2 yg di bawahnya mengalir sungai2. Sesungguhnya Allah berbuat apa yg Dia kehendaki.”(QS. Al-Hajj: 14)
4. Kita sering kali salah dalam mengganggap doa. Doa bukan sesuatu yang gratis yang dapat kita lakukan begitu saja. Doa juga bukan iseng-iseng berhadiah. Doa bukan merupakan sebuah mantra yang kita baca tanpa tau maksudnya. Doa harus disertai dengan itegritas diri kita terhadap doa yang kita ucapkan. Doa merupakan bagian yang terintegrasi dengan usaha. Doa tanpa usaha hasilnya akan nol besar. Doa pada hakikatnya merupakan konsultasi akhir kepada yang maha kuasa atas masalah ataupun keinginan kita.
Kita sering kali menyalahkan takdir dalam kegagalan kita. Sebagai contoh ketika kita tidak mendapat pekerjaan yang kita inginkan, kita sering kali mencari pembenaran dengan mengatakan “ah mungkin emang ini yang terbaik buat saya”. Hati-hati, jangan selalu menyalahkan takdir. Hal yang pertama harus kita koreksi apakah kita sudah usaha semaksimal yang kita bisa? Jika sudah berusaha, apakah kita sudah berdoa? Jika kita belum berusaha dengan baik, maka sebenarnya bukan itulah yang terbaik buat kita, sebenarnya kita berhak untuk mendapat yang lebih dari itu. Akan tetapi tentu semua kejadian bisa kita ambil hikmahnya.
5. Negeri ini akan terus tumbuh, berkembang, maju dengan diselimuti kedamaian, rasa cinta,persaudaraan, dan kemulian bila sebagian besar diantara kita mengembangkan sikap to GIVE ketimbang to GET
Kita semua harus selalu berpikir, apa yang sudah saya berikan buat anak, mitra kerja, perusahaan, pasangan hidup, saudara, orang tua, bangsa dan Sang Maha Pencipta?
Pertanyaan itu harus selalu tertanam kuat dalam setiap aktivitas kita sehari-hari.
Jangan kedepankan to GET dalam sikap keseharian kita.
Pada saat sebagian besar orang memiliki sikap to GIVE kita sudah boleh mengatakan bahwa kita memang sudah MERDEKA
6. Jika saja anda tidak mampu berbaik sangka (husnudzon) kepada Allah melalui kemahaindahan sifat-sifatNya, maka berbaiksangkalah kepada Allah karena adanya anugerah mu’amalah Allah yang menyertai anda. Bukankah Allah telah mengembalikan diri anda, melainkan pada kebajikan? Dan bukankah Allah telah melimpahkan kepada anda , melalui pintu anugerahNya?
Husnudzon atau berbaik sangka kepada Allah, merupakan salah satu dasar utama kita membangun hubungan dengan Allah Ta’ala. Banyak hamba-hamba Allah yang menggugat Allah atas taqdir yang diterima dengan rasa pahit, lalu ia menggedor-gedor langitNya, agar dibuka pintu anugerah yang sesuai dengan selera si hamba ini.
Kategori manusia berhusnudzon kepada Allah itu ada tiga:
Pertama, Husnudzon kepada Allah karena keagungan dan keindahan SifatNya.
Kedua, Husnudzon kepada Allah karena IhsanNya, atau kebajikanNya.
Ketiga, Husnudzon kepada Allah karena dua-duanya. Dan perilaku jiwa demikian ini, lebih sempurna dari kedua hal di atas.
7. Khusnudzon adalah suatu akhlak terpuji yang mengandung arti berbaik sangka dan lawannya adalah su’udzon : artinya berburuk sangka.
Jadi setiap apa yang terjadi akan di tafsirkan secara baik oleh seseorang apabila mempunyai sikap khusnudzon (berbaik sangka). Dan setiap apa yang terjadi akan menjadi jelek dipandangannya apabila seseorang mempunyai sikap su’uzon (berburuk sangka).
FUNGSI KHUSNUDZON
1) Menentramkan jiwa. ( TENTRAM KARENA TAK BEKERJA SECARA KERAS MEMIKIRKAN KEJELEKAN)
2) Mantapkan keimanan ( KARAKTER ORANG BERIMAN ADALAH BAIK SANGKA )
3) Sikap tawaduk ( RENDAH HATI – TIDAK SOMBONG – ANGKUH ) KARENA MEMANDANG ORG BAIK.
4) Tawakal ( MENYERAHKAN URUSAN BATHIN KEPADA ALLAH SWT)
5) Hidup menjadi ringan ( TANPA BEBAN PIKIRAN )
6) Hubungan persahabatan akan lebih baik (TAK SALING MENYALAHKAN) CARI SOLUSI.
7) Terhindar dari penyesalan akibat buruk sangka (MENYESAL JIKA SALAH SANGKA)
8) Selalu berbahagia atas segala kemajuan orang lain, (SENANG JIKA ORANG MAJU-AGAR KITA ….)
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah menjadi bangkai? Maka, tentulah kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." ( QS Al Hujuraat:12 )
KHUSNUDZON AJARAN ISLAM YANG TINGGI
Mengapa Islam mengajarkan khusnudzon dan berfikir positif.
1) Kita harus berkhusnudzon dan berfikir positif, karena ternyata orang lain seringkali tidak seburuk yang kita sangka.
2) Berbaik sangka dapat mengubah suatu keburukan menjadi kebaikan. Contoh ketika rasul mendo’akan orang jahat dengan kebaikan, akibatnya mereka tertarik dengan islam.
3) Berfikir positif dan berbaik sangka dapat menyelamatkan hati. Sebab hati yang bersih adalah hati yang tidak menyimpan kebencian, hati yang tentram adalah hati yang tidak memendam syakwasangka, dan hati yang berseri hanyalah hati yang selalu berfikir positif. YANG PENTING bagaimana kita selalu baik pada orang lain, adapun orang tidak baik kepada kita bukan urusan kita, tapi urusan mereka dengan Allah Swt.
4)..Berfikir positif bisa membuat hidup kita lebih legowo.
8. Selama hidup di dunia manusia wajib beribadah, menghambakan diri kepada Allah. Seluruh aktivitas hidupnya harus diarahkan untuk beribadah kepadanya.
Islam telah memberi petunjuk kepada manusia tentang tata cara beribadah kepada Allah. Apa-apa yang dilakukan manusia sejak bangun tidur samapai akan tidur harus disesuaikan dengan ajaran Islam.
Jin dan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT mempunyai tugas pokok di muka bumi, yaitu untuk mengabdi kepada Allah SWT.
Pengabdian yang dikehendaki oleh Allah SWT adalah bertauhid kepadanya, yakni bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Jin dan manusia wajib mengesakan Allah dalam segala situasi dan kondisi, baik dalam keadaan suka maupun duka.
Petunjuk Allah hanya akan diberikan kepada manusia yang taat dan patuh kepada Allah dan rasulnya, serta berjihad dijalannya. Taat kepada Allah dibuktikan dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Taat kepada rasul berarti bersedia menjalankan sunah-sunahnya. Kesiapan itu lalu ditambah dengan keseriusan berjihad, berjuang di jalan Allah dengan mengorbankan harta, tenaga, waktu, bahkan jiwa.
9. Merendahkan diri (tawadhu’) adalah sifat yang sangat terpuji di hadapan Allah dan juga di hadapan seluruh makhluk-Nya. Setiap orang mencintai sifat ini sebagaimana Allah dan Rasul-Nya mencintainya. Sifat terpuji ini mencakup dan mengandung banyak sifat terpuji lainnya.
Tawadhu’''adalah ketundukan kepada kebenaran dan menerimanya dari siapapun datangnya baik ketika suka atau dalam keadaan marah. Artinya, janganlah kamu memandang dirimu berada di atas semua orang. Atau engkau menganggap semua orang membutuhkan dirimu.
Lawan dari sifat tawadhu’ adalah takabbur (sombong), sifat yang sangat dibenci Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah mendefinisikan sombong dengan sabdanya:
“Kesombongan adalah menolak kebenaran dan menganggap remeh orang lain.” (Shahih, HR. Muslim no. 91 dari hadits Abdullah bin Mas’ud z)
Jika anda mengangkat kepala di hadapan kebenaran baik dalam rangka menolaknya, atau mengingkarinya berarti anda belum tawadhu’ dan anda memiliki benih sifat sombong.
Tahukah anda apa yang diperbuat Allah subhanahu wa ta’ala terhadap Iblis yang terkutuk?
Dan apa yang diperbuat Allah kepada Fir’aun dan tentara-tentaranya?
Kepada Qarun dengan semua anak buah dan hartanya?
Dan kepada seluruh penentang para Rasul Allah?
Mereka semua dibinasakan Allah subhanahu wa ta’ala karena tidak memiliki sikap tawadhu’ dan sebaliknya justru menyombongkan dirinya.
10. Qana’ah artinya rela menerima dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki, serta menjauhkan diri dari sifat tidak puas dan merasa kurang yang berlebihan. Qana’ah bukan berarti hidup bermalas-malasan, tidak mau berusaha sebaik-baiknya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Justru orang yang Qana’ah itu selalu giat bekerja dan berusaha, namun apabila hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, ia akan tetap rela hati menerima hasil tersebut dengan rasa syukur kepada Allah SWT. Sikap yang demikian itu akan mendatangkan rasa tentram dalam hidup dan menjauhkan diri dari sifat serakah dan tamak.
Qana’ah seharusnya merupakan sifat dasar setiap muslim, karena sifat tersebut dapat menjadi pengendali agar tidak surut dalam keputusasaan dan tidak terlalu maju dalam keserakahan. Qana’ah berfungsi sebagai stabilisator dan dinamisator hidup seorang muslim. Dikatakan stabilisator, karena seorang muslim yang mempunyai sifat Qana’ah akan selalu berlapang dada, berhati tentram, merasa kaya dan berkecukupan, bebas dari keserakahan, karena pada hakekatnya kekayaan dan kemiskinan terletak pada hati bukan pada harta yang dimilikinya. Bila kita perhatikan banyak orang yang lahirnya nampak berkecukupan bahkan mewah, namun hatinya penuh diliputi keserakahan dan kesengsaraan, sebaliknya banyak orang yang sepintas lalu seperti kekurangan namun hidupnya tenang, penuh kegembiraan, bahkan masih sanggup mengeluarkan sebagian hartanya untuk kepentingan sosial. Nabi SAW bersabda dalam salah satu hadisnya :
„ Dari Abu Hurairah r.a. bersabda Nabi SAW : „ Bukanlah kekayaan itu banyak harta benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan hati". ( H.R.Bukhari dan Muslim)
11. Sabar adalah pilar kebahagiaan seorang hamba. Dengan kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Kedudukan sabar dalam iman laksana kepala bagi seluruh tubuh. Apabila kepala sudah terpotong maka tidak ada lagi kehidupan di dalam tubuh.”
Sabar adalah sebab untuk bisa mendapatkan berbagai kebaikan dan menolak berbagai keburukan. Hal ini sebagaimana diisyaratkan oleh firman Allah ta’ala, “Dan mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat.” (QS. Al Baqarah [2]: 45).
Yaitu mintalah pertolongan kepada Allah dengan bekal sabar dan shalat dalam menangani semua urusan kalian. Begitu pula sabar menjadi sebab hamba bisa meraih kenikmatan abadi yaitu surga. Allah ta’ala berfirman kepada penduduk surga, “Keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian.” (QS. Ar Ra’d [13] : 24).
Allah juga berfirman, “Mereka itulah orang-orang yang dibalas dengan kedudukan-kedudukan tinggi (di surga) dengan sebab kesabaran mereka.” (QS. Al Furqaan [25] : 75).
Selain itu Allah pun menjadikan sabar dan yakin sebagai sebab untuk mencapai kedudukan tertinggi yaitu kepemimpinan dalam hal agama. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala, “Dan Kami menjadikan di antara mereka (Bani Isra’il) para pemimpin yang memberikan petunjuk dengan titah Kami, karena mereka mau bersabar dan meyakini ayat-ayat Kami.”
(QS. As Sajdah [32]: 24)
12. Sesungguhnya kedekatan Allah SWT tdk dpt diukur dgn alat apapun didunia ini, bahkan kata “ Dekat” itu sendiri tak dpt mengungkap arti kedekatan sebenarnya. DekatNya Allah SWT terhadap hambaNya adalah kedekatan yg tdk berjarak dan tdk berperantara, hingga tiada sesuatu didunia ini yg menandingi keindahan dari kedekatanNya tersebut.
KedekatanNya tak dpt dideteksi dgn mata dan akalmu, ia dpt disentuh dgn hati yg “ hidup “ dgn rasa yg asyik bersamaNya. Hanya hati yg asyik adalah hati yg telah menemukan wajah dirinya, yakni melepaskan segala ketergantungan kecuali kepada Allah SWT. Sebab, ketergantungan kepadaNya merupakan sifat dasar yg wajib dimiliki hati hamba.
sesungguhnya Allah SWT tdk pernah menyembunyikan diriNya drpd kita, DIA setiap saat selalu memberi isyarat akan kehadiranNya dekat dgn diri kita. Namun, lantaran hati kita masih dipenuhi dgn berharap kepada yg lain, hingga isyaratNya yg begitu jelas dan nyata tdk “terbaca” didepan kita.
Ya..Allah..,Ya..Rabbi, jadikanlah kami hamba yg selalu bergantung kepadaMu, hingga hati kami asyik dalam kedekatanMu,
dan peliharalah hati kami dgn rasa rindu kepadaMu,
dan dampingilah setiap niat dan usaha kami dgn berharap dan bercita-cita kepadaMu, serta sadarkanlah kami, bahwasanya Engkaulah satu satunya Zat yg paling dekat, hingga kedekatanMu melebihi dari apa apa yg dirasa oleh hati kami sendiri..
Ya Allah…hanya Engkaulah yg mengasyikan hati hambaMu
13. Seseorang yang berdoa hendaknya jangan tergesa-gesa, karena sesungguhnya orang yang berdoa kepada Allah niscaya akan dikabulkan segera atau lambat. Kadang kala permohonannya dikabulkan seketika, kadangkala dikabulkan pada waktu yang agak lama, kadang kala tidak dikabulkan di dunia dan nanti akan diganti dengan pahala di akhirat.
Setiap kita hendaknya selalu memposisikan diri sebagai hamba Allah yang berdoa, menangis di keheningan malam, memohon ampunan atas segala dosa di masa lalu. Memohon limpahan kemudahan hidup serta diselamatkan kelak dari api neraka.
Manusia yang merasa telah cukup puas dengan apa yang didapatkan didunia sehingga tidak mau berdoa adalah termasuk manusia yang merugi karena kesombongannya di hadapan Allah Swt.
Para Nabi dan Rasulpun selalu menengadahkan tangan memohon dan berdoa kepada Allah Swt siang dan malam tanpa lelah. Mereka yang telah dijamin kebahagiaan di akhirat kelak masih mau meminta pertolongan Allah. Sedang kita yang belum tahu di mana tempat akhir persinggahan masih melalaikan fasilitas doa yang telah disedia di dunia.
Sebagai suri tauladan kita dapat temukan beberapa kisah para nabi dan rasul yang berdoa untuk mendapatkan hajat dan keinginan mereka. Seperti:
1. Nabi Adam As bapak para manusia memohon ampunan karena telah mendzalimi dirinya memakan buah khuldi di surga. Saat diturunkan didunia, setiap hamparan tanah tak terlepas dari tetesan air mata penyesalan beliau. Doa beliau:
"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Al-A’raf: 23)
2. Nabi Ibrahim As bapak para nabi mendoakan tanah suci makkah sebagai tanah yang diberkati oleh Allah, sehingga walau pun terdiri dari tanah yang tandus dan berbatuan, tetapi selalu dilimpahi rahmat dari berbagai buah-buah.
"Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian.” (Albaqarah: 126)
3. Nabi Musa as, nabi yang telah menyelamatkan bani Israil dari kukungan Firaun di mesir, pada saat beliau mendapat kesusahan untuk berdakwah karena cacat pada lidahnya, maka ia berdoa:
"Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku (QS. Thoha: 25-28)
4. Nabi Sulaiman As, seorang yang mendapat kenikmatan dunia yang luar biasa, yang memiliki kekuasaan atas jin, manusia, binatang, angin dan air masih mampu mengucapkan doa.
"Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh." (QS. An-Naml: 19)
Masih banyak doa-doa yang diucapkan para Nabi dalam al-Quran, yang tentunya bila kita mau mentadaburi nya kita akan menjadi malu. Alangkah sombongnya kita, alangkah angkuhnya kita, alangkah malangnya diri kita yang telah menyia-nyiakan waktu dan umur kita dari perbuatan doa kepada Allah sedang para Nabi pun berdoa.
Berdoalah, agar kita selamat di dunia dan akhirat.
14. Aib merupakan sesuatu yg diasosiasikan buruk, tdk terpuji, dan negatif.
Manusia tdk bisa lari dgn menutup diri thd kekurangannya. Kita terkadang terlupakan dgn aib2 sendiri yg begitu menggunung karena begitu seringnya memikirkan aib orang lain. Kita juga sering lupa utk bersyukur bhw Allah telah menjaga aib2 kita.
...Sesungguhnya, manusia bukanlah apa2 jika semua aibnya dibukakan di depan mata orang lain.
Dgn menutup aib orang lain, Allah akan menutup aib kita, baik di dunia maupun akhirat. Rasulullah bersabda, "Tidaklah Allah menutup aib seorang hamba di dunia, melainkan nanti di hari kiamat Allah juga akan menutup aibnya".
Semoga Kita saling memelihara rahasia dan menutupi aib saudaranya agar dapat hidup bermasyarakat dalam ketenangan, kedamaian, juah dari keresahan, kedengkian, serta balas dendam.
15. Learning by doing, istilah yg sdh tdk asing bagi kita. Cara yg ampuh utk membuat kita paham dan menyimpan pengalaman yg kita dptkan di memory kita. Karena, dgn mencobanya, kita akan langsung dihadapkan pd kasus dan masalah yg ada, shg mau tdk mau kita akan menemukan cara kita sendiri utk menyelesaikan masalah tsb
Mungkin cara itu juga diterapkan Allah untuk mengajari hambaNya. Allah sengaja menempatkan kita pada situasi dan kondisi yang mungkin sulit dan berat bagi kita, agar kita mau belajar. Allah sedang ingin mengajari kita ilmu beradaptasi. Bagaimana cara beradaptasi di lingkungan yang baru, bagaimana menyesuaikan diri dengan orang – orang yang baru kita kenal, dan bagaimana bertahan pada situasi dan kondisi yang berbeda dengan keseharian ku.
"Bila Allah cepat mengabulkan Doamu, Maka DIA Menyayangimu, Bila DIA Lambat mengabulkan doamu, Maka DIA Ingin Mengujimu, Bila DIA Tidak mengabulkan Doamu, Maka Dia merancang sesuatu yang lebih baik untukmu. Oleh karena itu, senantiasalah berprasangka baik pada ALLAH dalam keadaan apapun. Karena kasih sayang ALLAH itu mendahului kemurkaanNya..."